 |
Jobu Design Heavy Duty Mark IV Gimbal Head |
Gimbal head, apapun definisinya, merupakan alat yang sangat menarik minat saya. Saya membayangkan alat ini akan sangat cocok dikawinkan dengan lensa
Sigma 150-600mm F5-6.3 DG OS HSM yang sudah saya beli beberapa hari yang lalu. Lensa itu masih menganggur hingga saat saya ketik tulisan amburadul ini. Saya hanya mencobanya beberapa kali dan lengan kiri pun segera merasa letih. Tentu saja, berat lensa itu kira-kira 3 kg. Sangat tidak cocok dengan otot lengan saya yang kecil.
Oleh karena itu, saya tidak berencana membawa-bawa apalagi memotret dengan lensa monster itu tanpa tripod, kecuali dalam keadaan terpaksa. Dan dengan tripod yang baik, didukung kepala tripod bertipe gimbal, saya pun membayangkan pengalaman mengambil gambar yang mengasyikkan. Ya, saya memang baru membayangkannya karena tripod yang saya inginkan belum sampai ke tangan saya. Dia masih dalam perjalanan.
Saya mencari-cari penjual peralatan kamera seperti biasa, yang menerima pesanan secara
online. Dan seperti biasa pula, barang yang saya inginkan itu tidak ada, ke manapun saya mencarinya di negeri ini. Walhasil, saya memutuskan untuk menghubungi seseorang di Hong Kong. Dan singkat cerita, kesepakatan terjadi: saya membeli Gimbal Head buatan Jobu Design tipe
Heavy Duty Mark IV. Dengan catatan tambahan: pengiriman harus menggunakan DHL.
Kurang lebih 3 (tiga) hari dari transaksi, barang yang saya pesan itu pun sampai di gudang DHL kota saya. Tapi ada catatan tambahan yang cukup mengerikan, yang terjemahan bebasnya: barang sedang diperiksa lebih lanjut. Apapun pemeriksaan itu, perasaan saya sudah tidak enak.
Pagi hari ini sekitar jam 10, Jum'at 11 November 2016, saya mendapat telepon dari seseorang. Suaranya menandakan bahwa dia perempuan. Dia memperkenalkan dirinya dari DHL. Dan mengabarkan bahwa ada kiriman untuk saya, dan bahwa kiriman itu "ditahan", dengan alasan belum ada kejelasan berapa harga pasti barang itu. Saya bahkan diminta menunjukkan
invoice dan dikatakan pula bahwa kalau saya memiliki NPWP agar ditunjukkan supaya "meringankan" beban bea-bea tidak jelas yang mesti saya bayar.
Saya tidak mempunyai benda bernama NPWP, tentu saja. Karena saya tidak pernah memiliki syarat yang diperlukan untuk membuat NPWP: slip gaji. Kita tentu sama-sama mengerti, banyak hal dipersulit di negara ini. Terutama kalau sudah berkaitan dengan birokrasi. Tapi itu hal lain yang belum waktunya saya bahas.
Saya pun mendatangi kantor DHL. Dan di sana, saya menunjukkan resi pengiriman DHL yang saya miliki, sebanyak 2 (dua) nomer. Salah satu dari dua nomer resi itu merupakan bukti pengiriman memory tipe Compact Flash merk Lexar. Harga memory itu sekitar Rp. 3.500.000. Dan biaya-biaya barang masuk, pajak pertambahan nilai, dan entah biaya apa yang namanya disingkat-singkat, untuk menebus memory itu totalnya Rp. 352.000.
Dan gambar di bawah ini menunjukkan total biaya yang wajib saya bayar.
Cukup besar jumlahnya. Tapi apa boleh buat, saya tidak menemukan seorang pun di negeri ini yang menjual memory card tipe
Compact Flash dengan merk
Lexar dan spesifikasi kecepatan read-write serta kapasitas yang saya inginkan. Sesampainya di rumah, paket berisi memory itu saya buka dan seperti ini isinya:
 |
Compact Flash Lexar 1066x 256 GB |
Kemudian, pada nomer resi yang satu lagi, kata petugas yang menerima saya di kantor DHL, barang itu belum
release dari bea-cukai. Apapun makna
release yang ia maksud, tentu hal itu bukan sesuatu yang baik buat saya selaku penerima paket. Dan dugaan saya tidak meleset, ketika saya dihadapkan pada kertas biaya-biaya yang mesti saya bayar supaya bisa mengambil gimbal head
Jobu Design Heavy Duty Mark IV yang saya impikan itu.
Cukup fantastis dan mencengangkan. Total biaya untuk pengambilan
gimbal head Jobu Design Heavy Duty Mark IV dari bea-cukai sebesar Rp. 2.159.000. Tapi saya sudah menduga sebelumnya. Tidak jadi masalah, saya toh akhirnya bisa membawa pulang gimbal head yang saya cari-cari itu. Setelah urusan beres di kantor DHL yang ber-AC itu, saya pun segera pulang.
Paket pembelian gimbal head yang saya terima, antara lain seperti terlihat pada gambar berikut ini.
- Gimbal Head, tokoh utama
- Plat lensa
- Tiga lembar kertas yang bisa dibaca atau dibuang
- Dua buah obeng tipe L
- Sebuah tas loreng yang bisa dipakai untuk menyimpan gimbal head
Kesimpulan:
semua paket dari luar negeri menggunakan jasa DHL yang pernah saya terima selalu dibuka, bila perlu dengan paksa, oleh orang-orang bea-cukai. Saya pernah beli
signal booster dan pada bagian antenna out-door bautnya sudah ada bekas dicopoti, lalu bagian penutupnya, yang dilem keras itu, di tepi-tepinya terdapat tanda-tanda pencongkelan.